
Zakat Baik kembali meneguhkan komitmennya dalam mendukung pelaku usaha kecil melalui program Beli Borong Bagikan, sebuah inisiatif sosial yang lahir dari kepedulian terhadap para pedagang kecil yang terus berjuang di tengah keterbatasan hidup. Program ini hadir bukan sekadar sebagai bantuan sesaat, melainkan sebagai penguat langkah dan penopang harapan bagi mereka yang menggantungkan hidup dari usaha sederhana.
Pada pelaksanaan kali ini, program Beli Borong Bagi menyasar Bapak Dadang Sumarna, seorang penjual es cincau keliling yang setiap hari menyusuri jalanan demi menafkahi keluarganya. Dengan gerobak sederhana, Pak Dadang berkeliling dari Parung, Kabupaten Bogor, hingga wilayah Bojongsari, Kota Depok, menembus panas dan lelah yang tak jarang luput dari perhatian banyak orang.
Sejak pukul 08.00 pagi hingga 18.00 sore, Pak Dadang terus berjalan, berharap setiap langkahnya berbuah rezeki. Sudah dua tahun beliau menekuni usaha ini. Sebelumnya, Pak Dadang bekerja sebagai buruh proyek pembangunan, termasuk proyek jalan tol. Namun ketika proyek-proyek tersebut berhenti, sumber penghidupan pun terputus. Demi keluarga, ia memilih merantau dari Karawang ke Bogor, memulai kembali dari nol dengan segala keterbatasan.
Pada awalnya, Pak Dadang hanya ikut berjualan es cincau milik orang lain. Dari hasil kerja seharian, ia hanya menerima sekitar Rp150.000, dengan kewajiban setoran sebesar Rp120.000. Artinya, penghasilan bersih yang ia bawa pulang untuk istri dan anak-anaknya hanya sekitar Rp30.000 per hari—jumlah yang nyaris tak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Didorong oleh kondisi tersebut, Pak Dadang memberanikan diri untuk berdiri di atas kakinya sendiri. Ia mulai membuka usaha es cincau mandiri. Seluruh proses dikerjakan sendiri, mulai dari membeli daun cincau hingga mengolahnya. Cincau yang dijual merupakan cincau murni tanpa bahan pengawet, sebagai wujud kejujuran dalam berdagang.
Setiap harinya, Pak Dadang memproduksi sekitar 60 cup es cincau, yang dijual seharga Rp5.000 per cup. Namun, penghasilan dari usaha ini masih jauh dari kata pasti.
“Penghasilan sehari nggak nentu. Kadang laku 30–40 cup, kadang cuma 20, bahkan pernah nggak laku sama sekali. Kalau nggak habis, biasanya dibagiin atau dibuang,” tutur Pak Dadang dengan nada pasrah.
Sebagai tulang punggung keluarga, Pak Dadang sepenuhnya mengandalkan hasil berjualan untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan dua orang anaknya. Penghasilan yang tidak menentu sering kali menempatkannya dalam kondisi ekonomi yang sulit. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, ia harus mengandalkan pinjaman demi memastikan pendidikan anak-anaknya tetap berjalan.
Melihat kondisi tersebut, Zakat Baik melalui program Beli Borong Bagi mengajak Pak Dadang untuk berbelanja kebutuhan pokok rumah tangga di salah satu supermarket. Langkah ini menjadi bentuk dukungan nyata dan bermartabat, agar Pak Dadang dan keluarganya dapat merasakan kelegaan, meski hanya sejenak, di tengah kerasnya perjuangan hidup.
Program Beli Borong Bagi bukan sekadar aksi karitatif. Ia adalah pesan keberpihakan, bahwa para pedagang kecil tidak berjalan sendirian. Melalui program ini, Zakat Baik berharap dapat menghadirkan dampak yang berkelanjutan—menyalakan kembali semangat, menguatkan mental, dan menumbuhkan harapan agar para pelaku usaha kecil tetap bertahan dan melangkah, meski jalan terasa berat.
Inisiatif ini menjadi bagian dari ikhtiar Zakat Baik dalam menyalurkan amanah kebaikan kepada mereka yang membutuhkan, sekaligus mengajak masyarakat luas untuk bersama-sama menciptakan ruang kebaikan yang saling menguatkan.




